Akibat Covid-19 Maukah Pindah Ke Planet Baru? Mengejutkan Fakta Oleh NASA
Gara-gara Covid-19 alias virus Corona, mungkin ada di antara kita berpendapat planet Bumi sudah tak aman lagi untuk dihuni. Padahal ada banyak tempat indah yang belum kita kunjungi seperti Rusia yang tak romantis dengan Paris. Bahkan James Bond pun pernah kepincut pada kecantikan agen rahasia KGB (Uni Soviet) yang mungkin pernah anda tonton pada film From Russia With Love.
Atau ingin menikmati surga tersembunyi yang begitu indah di Raja Ampat, Papua, Indonesia seperti yang bisa anda saksikan pada video berikut ini:
Ya, pasti ada banyak rencana liburan yang batal atau terpaksa ditunda setelah beberapa negara melakukan lock down, begitu juga di Indonesia membatasi kedatangan pesawat terbang maupun kapal pesiar memasuki wilayah Indonesia. Presiden Joko Widodo juga telah mengijinkan dilakukannya PSBB atau Pembatasan Sosial Bersekala Besar.
Rasa tidak nyaman pasti terjadi, namun harus dilakukan agar virus Corona yang merupakan global pandemic ini tidak menyebar lebih luas lagi, sehingga korban yang terinfeksi Covid-19 bisa menurun.
Di tengah gencarnya berita online, televisi maupun postingan di twitter, WhatsApp, Instagram atau Facebook tentang virus Corona ini, dari yang menyedihkan maupun timbulnya harapan baru karena ada pasien Covid-19 yang sembuh, kini tiba saatnya anda merenungkan kemungkinan baru untuk masa depan kita.
Badan antariksa NASA yang berpusat di Amerika Serikat memberi kabar baik, pesawat angkasa luar yang telah mati, Kepler telah menemukan sebuah planet yang disebut Bumi 2.0, yang dianggap sebagai kembaran Bumi, namun para ilmuwan yang menelitinya masih melakukan pengamatan sampai saat ini.
Sebagaimana dikabarkan laman Space yang dikutip viva.co.id ternyata di planet yang juga disebut Keppler-1649c atau sebut aja Bumi 2.0 ternyata ditemukan keberadaan air dan suatu kali pernah mengorbit sama dengan bumi kita, yaitu 19,5 hari. Ciri-ciri ini menjadikan planet tersebut sebagai zona layak huni. Planet ini memang jauh banget dari rumah kita, jaraknya sekitar 300 tahun cahaya, dan mengitari bintang Katai Merah.
Thomas Zurbuchen ilmuwan NASA kemudian mengatakan bahwa, "Planet yang menarik dan jauh ini memberi kita harapan yang lebih besar bahwa planet seperti Bumi terletak di antara bintang-bintang, menunggu untuk ditemukan,"
Ya begitulah. Impian manusia untuk menjelajah planet lain dan menemukan planet yang layak huni untuk manusia sudah ada sejak lama, bahkan ada banyak novel fiksi ilmiah, film atau serial televisi yang sering dibuat oleh studio Hollywood. Penelitian maupun eksplorasi angkasa luar gencar dilakukan terutama oleh NASA yang berpusat di kampungnya Donald Trump ini, juga oleh lembaga lain di Rusia dan Eropa.
Temuan Bumi 2.0 memberi harapan baru karena planet yang kita huni ini sudah penuh sesak, dan telah banyak mengalami masalah yang membahayakan manusia. Peperangan yang terus menerus seperti Perang Dunia, bahkan sampai dua kali maupun ratusan peperangan lainnya telah sering membuat manusia sengsara.
Ambisi politik dan tentu saja kepentingan ekonomi telah membuat lingkungan hidup di bumi menderita, bahkan sudah banyak binatang, tumbuhan, biota laut akhirnya punah. Belum lagi polusi udara, suara yang bising setiap hari serta dampak lainnya akibat global warming yang tidak dipercayai oleh Donald Trump ini. Presiden Trump juga ogah percaya pada perubahan iklim akibat pemanasan global ini.
Intinya manusia sejak dua abad ini telah mengambil terlalu banyak dari planet Bumi. Jika ada yang mengatakan bahwa manusia lebih ganas daripada mahkluk hidup lainnya yang hanya mengambil secukupnya dari alam, sepertinya anggapan itu tidak salah.
Apakah anda tertarik untuk pindah ke planet Bumi 2.0?
Mungkin anda hanya tersenyum, namun anak cucu kita mungkin punya pikiran berbeda. Kalau teknologi yang tepat telah ditemukan sehingga dipastikan bisa membawa manusia terpilih atau yang memilih untuk pindah ke planet baru tersebut, semoga terdiri dari manusia yang baik hati dan tidak sombong, juga tidak serakah seperti manusia pada umumnya.
Dengan demikian mereka yang nantinya berdomisili di "rumah baru" tidak serakah dan merampok kekayaan alam di sana atas nama ekonomi dan kepentingan politik sebagaimana kita alami saat ini, yang bermula sejak dimulainya sejarah peradaban kita di sini.
Andai benar bisa begitu, maka tidak perlu ada Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK. Pokoknya planet baru bebas dari segala bentuk korupsi dan diskriminasi dengan alasan apapun seperti yang terjadi di dunia.
Adegan romantis di film James Bond 007, From Russia With Love (popsugar.com) |
Ya, pasti ada banyak rencana liburan yang batal atau terpaksa ditunda setelah beberapa negara melakukan lock down, begitu juga di Indonesia membatasi kedatangan pesawat terbang maupun kapal pesiar memasuki wilayah Indonesia. Presiden Joko Widodo juga telah mengijinkan dilakukannya PSBB atau Pembatasan Sosial Bersekala Besar.
Rasa tidak nyaman pasti terjadi, namun harus dilakukan agar virus Corona yang merupakan global pandemic ini tidak menyebar lebih luas lagi, sehingga korban yang terinfeksi Covid-19 bisa menurun.
Di tengah gencarnya berita online, televisi maupun postingan di twitter, WhatsApp, Instagram atau Facebook tentang virus Corona ini, dari yang menyedihkan maupun timbulnya harapan baru karena ada pasien Covid-19 yang sembuh, kini tiba saatnya anda merenungkan kemungkinan baru untuk masa depan kita.
Apakah seperti in keindahan alam dan harmonisnya kehidupan di Bumi 2.0 nanti? (eu.clipdealer.com) |
Badan antariksa NASA yang berpusat di Amerika Serikat memberi kabar baik, pesawat angkasa luar yang telah mati, Kepler telah menemukan sebuah planet yang disebut Bumi 2.0, yang dianggap sebagai kembaran Bumi, namun para ilmuwan yang menelitinya masih melakukan pengamatan sampai saat ini.
Sebagaimana dikabarkan laman Space yang dikutip viva.co.id ternyata di planet yang juga disebut Keppler-1649c atau sebut aja Bumi 2.0 ternyata ditemukan keberadaan air dan suatu kali pernah mengorbit sama dengan bumi kita, yaitu 19,5 hari. Ciri-ciri ini menjadikan planet tersebut sebagai zona layak huni. Planet ini memang jauh banget dari rumah kita, jaraknya sekitar 300 tahun cahaya, dan mengitari bintang Katai Merah.
Thomas Zurbuchen ilmuwan NASA kemudian mengatakan bahwa, "Planet yang menarik dan jauh ini memberi kita harapan yang lebih besar bahwa planet seperti Bumi terletak di antara bintang-bintang, menunggu untuk ditemukan,"
Ya begitulah. Impian manusia untuk menjelajah planet lain dan menemukan planet yang layak huni untuk manusia sudah ada sejak lama, bahkan ada banyak novel fiksi ilmiah, film atau serial televisi yang sering dibuat oleh studio Hollywood. Penelitian maupun eksplorasi angkasa luar gencar dilakukan terutama oleh NASA yang berpusat di kampungnya Donald Trump ini, juga oleh lembaga lain di Rusia dan Eropa.
Temuan Bumi 2.0 memberi harapan baru karena planet yang kita huni ini sudah penuh sesak, dan telah banyak mengalami masalah yang membahayakan manusia. Peperangan yang terus menerus seperti Perang Dunia, bahkan sampai dua kali maupun ratusan peperangan lainnya telah sering membuat manusia sengsara.
Ambisi politik dan tentu saja kepentingan ekonomi telah membuat lingkungan hidup di bumi menderita, bahkan sudah banyak binatang, tumbuhan, biota laut akhirnya punah. Belum lagi polusi udara, suara yang bising setiap hari serta dampak lainnya akibat global warming yang tidak dipercayai oleh Donald Trump ini. Presiden Trump juga ogah percaya pada perubahan iklim akibat pemanasan global ini.
Intinya manusia sejak dua abad ini telah mengambil terlalu banyak dari planet Bumi. Jika ada yang mengatakan bahwa manusia lebih ganas daripada mahkluk hidup lainnya yang hanya mengambil secukupnya dari alam, sepertinya anggapan itu tidak salah.
Apakah anda tertarik untuk pindah ke planet Bumi 2.0?
Penghuni di planet Bumi 2.0 mungkin tak perlu resah dan gelisah terhadap ancaman korupsi seperti yang terjadi di dunia (tribunnews.com) |
Mungkin anda hanya tersenyum, namun anak cucu kita mungkin punya pikiran berbeda. Kalau teknologi yang tepat telah ditemukan sehingga dipastikan bisa membawa manusia terpilih atau yang memilih untuk pindah ke planet baru tersebut, semoga terdiri dari manusia yang baik hati dan tidak sombong, juga tidak serakah seperti manusia pada umumnya.
Dengan demikian mereka yang nantinya berdomisili di "rumah baru" tidak serakah dan merampok kekayaan alam di sana atas nama ekonomi dan kepentingan politik sebagaimana kita alami saat ini, yang bermula sejak dimulainya sejarah peradaban kita di sini.
Andai benar bisa begitu, maka tidak perlu ada Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK. Pokoknya planet baru bebas dari segala bentuk korupsi dan diskriminasi dengan alasan apapun seperti yang terjadi di dunia.
Comentarios
Publicar un comentario