Omnibus Law atau UU Cipta Kerja ternyata menimbulkan kehebohan dan diwarnai unjuk rasa. Selain ada demo buruh dan mahasiswa yang menolak Omnibus Law itu, sebagian elite politik, pengamat dan warga yang menolaknya.
Rudi S Kamri (kiri) dan Andre V. Wenas di Kanal Anak Bangsa
semakin terkenal sebagai simbol suara demokrasi di Indonesia.
(Image: YouTube.com)
Yang "menarik" adalah komunikasi yang dinilai kurang canggih di kantor para pembantu presiden? Inilah yang membuat pengamat sosial dan politik Rudi S. Kamri yang kini makin aktif di kanal Anak Bangsa bersama Andre Vincent Wenas.
Yuk simak bagaimana kaca mata Rudi S. Kamri dalam mengamati masalah komunikasi ini. Apakah masih tajam seperti biasanya?
Jokowi, Omnibus Law,
Sesat Pikir Bangsa Dan Buruknya
Strategi Komunikasi
Oleh:
*Rudi S Kamri*
Apakah UU Cipta Kerja Omnibus Law sudah sempurna? Sudah
pasti jauh dari sempurna. Banyak hal perlu diperbaki dan disempurnakan. Tapi
langkah ini adalah sebuah terobosan yang brilian dari Presiden Jokowi. Kita
semua tahu, negara ini bertahun-tahun berbagai peraturan silang sengkarut tidak
karuan.
Banyak peraturan saling tumpang tindih dan bahkan banyak peraturan satu
berlawanan dengan peraturan yang lain. Apalagi setelah reformasi dan era
otonomi daerah. Kepala Daerah baik Gubernur maupun Bupati/Walikota menjelma
jadi raja kecil yang mengatur daerahnya sekehendak udelnya sendiri.
Anies Baswedan yang sempat jadi ulasan Rudi S. Kamri
di Kanal Anak Bangsa yang makin top ini (Image: YouTube.com)
Upaya Presiden Jokowi, pasti sudah diperhitungkan dari
awal bahwa akan banyak resistensi atau penolakan dari berbagai penjuru angin.
Mulai dari kepala daerah sampai pimpinan serikat pekerja yang kehilangan
taringnya di Omnibus Law ini. Para kepala daerah yang bermental koruptif ini
mati-matian mempertahankan kewenangannya. Apapun mereka lakukan meskipun harus
menabrak etika ketatanegaraan sekalipun. Mereka tidak membela rakyat.
Mereka sedang membela periuk korupsi dari birokrasi
perizinan yang selama ini mereka nikmati. Di sisi lain, para pentolan serikat
pekerja juga kebakaran jenggot karena perannya dikurangi signifikan dalam UU
Cipta Kerja ini. Pada saat kewenangan mereka direduksi, otomatis daya tawar
mereka untuk memeras pengusaha, Pemerintah dan buruh semakin rendah. Makanya
para pimpinan serikat pekerja ini mati-matian menolak UU Cipta Kerja Omnibus
Law ini.
Kelompok yang sudah mapan di zona nyaman tapi sesat pikir
ini mati-matian dengan menggunakan segala cara untuk membatalkan pengesahan UU
Omnibus Law ini. Mereka hanya berpikir pragmatis. Mereka lebih cenderung
memikirkan kepentingan mereka sendiri. Di sisi lain ada beberapa kelompok yang
serta merta menunggangi aksi penolakan ini.
Kelompok rezim lama yang selama ini terganggu dengan
gebrakan Presiden Jokowi maupun kelompok yang ambisius pingin kebelet berkuasa.
Mereka rata-rata punya uang yang melimpah tanpa batas. Mereka mendompleng aksi
penolakan terhadap UU Cipta Kerja Omnibus Law ini karena merasa musuh bersama
yaitu Presiden Jokowi.
Demo Tolak Omnibus Law (alinea.id)
Namun yang agak mengherankan mengapa konstelasi ini abai
ditangkap dengan cermat oleh para pembantu Presiden Jokowi. Strategi komunikasi
Kabinet Indonesia Maju sangat buruk. Presiden dibiarkan menjadi sasaran tembak.
Dari anggota Kabinet Indonesia Maju, hanya terlihat Menko Maritim dan Investasi
Luhut Binsar Panjaitan yang berani secara terbuka 'die-hard' melindungi
Presiden. Menteri yang lain entah kemana.
Dalam strategi komunikasi politik berlaku
*"Pertahanan Terbaik Adalah Menyerang".* Hal ini tidak dilakukan oleh
Tim Komunikasi Presiden dalam menghadapi serangan masif di darat dan di udara.
Tim Komunikasi Presiden hanya bertindak seolah menjadi pemadam kebakaran. Hanya
bertindak secara sporadis. Akhirnya istana seperti babak belur digempur musuh.
Ironisnya bantuan perlawanan justru datang dari kelompok partikelir dari 'civil
society' yang masih punya akal sehat. Jujur saya gemes.
Kasihan Presiden Jokowi, kehidupan dan pengabdiannya yang
diwakafkan untuk memperbaiki negeri ini, terkesan sia-sia karena pembantunya
yang berdiri tidak pada tempatnya.
*God bless, Presiden Jokowi !!!*
*Salam SATU Indonesia*
25102020
Comentarios
Publicar un comentario